Halo... semua, udah lama nih ga pernah nulis blog lagi udah dua tahun vacum ga pernah nulis lagi, karena semangat menulis sempat menghilang dan ada kendala di saluran internet dan laptop untuk membuat tulisannya. Laptop sempat rusak (alasan males aja sih sebenarnya hehehe...)
Kali ini ada cerita baru tapi bukan dari pengalaman pribadiku langsung tapi ini adalah pengalaman teman baikku yang ketemu di Komunitas Public Speaking. Dia bernama Taufik panggilannya Aa Taufik. Kemarin bulan Mei 2014 dia baru saja melakukan pendakian ke Gunung Gede, mendaki gunung adalah kecintaan dia sejak lama, sejak zaman kuliah.
Dia dalam tulisannya memiliki quote yang sangat indah untuk dibaca dan direnungkan sebagai seorang pendaki gunung. yaitu
“kelak anak cucuku akan tahu
bahwa ayahnya, kakeknya adalah
seorang pendaki gunung,
aku ingin mereka
bangga ketika membaca tulisan ini”
Tuh bagus kan quote-nya? membuat kita memikirkan akan jadi apa kita dan akan dikenang sebagai apa kita kelak? jadi semoga setelah membaca rangkaian cerita ini kita semua akan menemukan inspirasi untuk berkarya dan berprestasi yang kelak akan menjadi nilai dan panutan, atau paling tidak akan menjadi ingatan yang baik bagi anak cucu kita nanti.
Oh iya cerita ini akan sangat panjang dan akan dibagi dalam beberapa seri, semoga tidak bosan untuk membacanya ya.... tapi untuk seorang pecinta gunung atau hobi mendaki gunung pastinya tidak akan bosan untuk membaca cerita ini.
langsung saja ke cerita bagian 1 yaaa... (note: tulisan ini adalah murni semua kata-kata dan pikiran dari Aa Taufik)
Sunrise Gunung Gede Pangrango (C) Aa Taufik |
Berawal dari
ide Dhany via bbm dia mengajak naik
gunung lagi, tujuan pendakian adalah puncak Mahameru (gunung semeru) dan aku
pun mengiyakan. Terpikir siapa lagi yang akan diajak ya., lalu
ingat Rizal dan Bambang barangkali
mereka mau ikut. Rizal, Bambang, Dhany, Budi, Ncie, Uki, dan Asep adalah tim pendakian kami 13
tahun yang lalu. Aku mulai browsing mencari info seputar pendakian semeru, lalu
ketemulah sebuah situs yg mengadakan open trip.
Disamping semeru ada juga open trip pendakian Gede. Aku mulai telepon dan bbm salah satunya
Bambang, Karena satu hal Dhany dan Rizal tak bisa ikut pendakian, yang bersedia hanya Bambang. Jujur antusiasme
dan semangat Bambang lah yang membuat aku
bersemangat lagi dan bertekad mewujudkan pendakian ini. Saat aku telepon, tak
ada keraguan dari Bambang, bahkan
ia begitu bersemangat dan bertekad bahwa pendakian ini harus terwujud.
Waktu itu aku
ingat awal bulan April, aku telepon Bambang "beng, naik gunung lagi yuk.. .kangen
gue" "tujuan kita Semeru Beng" lanjutku, dan dengan penuh semangat bambang
bilang "hayuu fik, siaap gue mah. Ntar gue ajak teman gue ya” wah di luar
dugaanku akan dapat jawaban seantusias
itu. "tapi ada open trip bulan september Beng, ga apa-apa kan” Bambang pun menjawab "ga apa-apa Fik, sekalian kita ada waktu lengkapin peralatan. Pada ilang euy" "sama Beng, punya gue juga pada ilang, sisa carrier, matras dan sleeping bag aja"
sahutku. Terpikir oleh kami bahwa sebelum pendakian Semeru harus ada pendakian pemanasan,
tujuan terdekat adalah Gunung Gede
Pangrango dengan pertimbangan jarak yang tidak terlalu jauh baik dari Jakarta
maupun Bandung, dan pendakian bisa dilakukan di hari libur akhir pekan jadi tak
mengganggu waktu atau hari kerja, terutama aku yang memiliki waktu terbatas. Oh
iya namaku Taufik, bekerja sebagai Accounting & Tax staf di sebuah
perusahaan di Jakarta, sementara Bambang bekerja sebagai partner konsultan
strategic manajemen di Bandung.
Aku mulai
mengontak penyedia open trip yaitu www.wisatagunung.com
dengan maksud awal menanyakan kuota untuk pendakian Gede tanggal 23-25 Mei
2014, dan ternyata kuotanya full. Akhirnya aku mendaftarkan untuk pendakian Semeru tanggal 17-21 September 2014. Masih lama sebetulnya tapi tak apa daripada
kuotanya penuh, karena hanya dibatasi 40 peserta saja. Salah satu
pertimbanganku memilih open trip adalah agar tidak merepotkan dan menyesuaikan
waktu cuti yang akan kuajukan. Dengan memakai jasa open trip kami tidak perlu dipusingkan
dengan urusan tiket kereta api, transportasi dari kota Malang ke pos pendakian
Ranu Pane dan lain-lain karena semuanya diurus oleh penyedia jasa open trip.
Sederhananya kami tinggal bayar, persiapan peralatan, tinggal berangkat,
mengingat waktu kami yang terbatas. Beda ketika masa kuliah dulu yang punya
banyak waktu terutama di masa libur setelah ujian semester, mau pergi
sebulan pun tak jadi masalah. (End Of Story 1)